Kelaparan warga transmigrasi Airsugihan pada 1991. Berita ini menjadi simpang siur sejumlah media lokal dan Jakarta , terutama mengenai jumlah korban meninggal dunia. Beberapa koran memberitakan 30 warga trans meninggal kelaparan, ada yang menyebutkan tujuh meninggal. Tapi saat itu Teje memberitakan cuma 3 yang meninggal dunia.
Tak jelas benar kapan bulgur "lenyap" dari pasar. Tapi, di jaman Orba ini, rupanya masih banyak cerita "seram" tentang makanan rakyat di kala kekeringan berkepanjangan melanda. Contohnya yang terjadi di daerah transmigrasi Air Sugihan, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, pada tahun 1991. Paceklik yang panjang memaksa penduduk makan umbut pisang, umbut kelapa, dan umbi-umbian yang lain. Menurut pemerintah setempat, lima orang meninggal, sementara rakyat daerah itu menyebutkan bahwa korban tewas mencapai 23-30 orang.
Kayu Agung semakin marak. Begitupun pemba-ngunan di OKI, semakin hari terus mengalami perkem-bangan. Tidak lagi terdengar, daerah yang didominasi oleh rawa ini mengalami kelaparan, seperti di Air Sugihan pada tahun 1991 silam.
Bahkan, kini Air Sugihan tidak lagi berkutat memerangi kelaparan, melain-kan telah menjadi daerah percontohan penggunan pem-bangkit listrik tenaga angin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang Keras Menggunakan kata-kata "SARA"