Sebanyak 19 desa di Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), seperti Desa Negri Sakti, Pengkalan Sakti dan Banyu Biru, sampai saat ini masih terisolir, karena sarana infrastruktur yang ada di wilayah itu jauh tertinggal dibandingkan daerah lainnya.
Kondisi ini diungkapkan anggota DPRD OKI dari Fraksi Partai Demokrat, Ahmad Mahidin, Senin (18/12). “Kami berani mengatakan kecamatan tersebut terisolir setelah berkunjung langsung ke Air Sugihan dalam kegiatan reses beberapa hari lalu,” ungkapnya.
Menurutnya dari hasil reses tersebut, pihaknya menilai kalau sarana dan prasarana yang ada di Kecamatan Air Sugihan saat ini masih sangat jauh tertinggal dibandingkan kecamatan lain di OKI, padahal kawasan itu telah berstatus kecamatan sejak puluhan tahun silam.
Akses sebagian besar jalan utama di Kecamatan Air Sugihan, lanjutnya, sampai saat ini belum diaspal, sehingga saat musim hujan sulit dilewati kendaraan, karena jalannya becek dan digenangi air.
“Bayangkan saja jalan protokol di ibukota kecamatan saja sampai saat ini belum ada yang diaspal, apalagi di wilayah pelosok, ” sesalnya.
Selain itu, katanya lagi, seluruh desa yang ada di kecamatan tersebut sampai saat ini juga belum ada yang berlistrik, sehingga masyarakat setempat terpaksa harus membeli mesin genset atau menggunakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) untuk menerangi rumahnya.
“Setahu saya hanya sebagian kecil saja warga di kecamatan itu yang memiliki mesin genset sendiri atau pun PLTS, sedangkan masyarakat lainnya terpaksa harus menyewa listrik ke tetangganya dengan biaya Rp 20 ribu hingga Rp 25 ribu per bulan,” ungkapnya menyayangkan kondisi itu.
Ironisnya lagi, tambahnyanya, aliran listrik itu terbatas, karena hanya mengandalkan pembangkit dari mesin genset dan PLTS saja, sehingga warga hanya bisa menyalakan lampu dan listrik saat malam hari sampai pukul 00.00 WIB.
Setelah itu, kata Akhmad, pemilik mesin genset dan PLTS tersebut akan langsung mematikan sambungan listrik ke tetangganya, sehingga warga yang hidup pas-pasan terpaksa harus tidur di bawah penerangan lampu serongkeng saat malam hari.
Ironisnya pula, jumlah puskesmas dan tenaga medis yang ada di Kecamatan Air Sugihan sampai saat ini juga masih minim sekali, sehingga kalau ada penduduk setempat yang mengalami sakit berat terpaksa harus berobat ke Palembang dengan biaya lumayan besar.
“Jarak tempuh dari Air Sugihan ke Palembang mencapai dua jam dan hanya bisa dilalui lewat jalur sungai dengan naik speed boad dan setiap penumpang wajib membayar ongkos Rp50 ribu untuk sekali jalan,” ungkapnya.
Selain itu, lanjut dia, sarana dan prasana pendidikan yang ada di Kecamatan Air Sugihan juga jauh tertinggal dibandingkan di kecamatan lainnya, karena sebagian besar tenaga guru berstatus pegawai negeri sipil (PNS) yang ditempatkan di wilayah tersebut jarang datang untuk menunaikan tugasnya.
Sementara di Kecamatan Sirah Pulau Padang dan Jejawi pembangunannya sudah mulai sejajar dengan ibukota Kabupaten OKI, yakni Kecamatan Kayuagung, tetapi warga setempat meminta agar pemerintah daerah segera membangun sarana lampu jalan guna menekan angka kecelakaan dan kriminalitas di daerah itu.
Menyikapi hal itu, kata Akhmad manambahkan, pihaknya telah melaporkan seluruh aspirasi yang disampaikan warga tersebut kepada unsur pimpinan dan dewan setempat bertekad bakal memperjuangkan masukan tersebut.
“Kami akan terus mendesak agar Pemkab OKI terhitung 2010 nanti memprioritaskan pembangunan di Kecamatan Air Sugihan, sehingga kawasan itu tidak terisolir lagi,” tandasnya. (Irawan).
sumber: I N D O W A R T A
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang Keras Menggunakan kata-kata "SARA"